TSA0TUrpGpr6BSzoTUzpGfGpTi==

Kementerian Agama Mengumumkan Bahwa 40 Ribu Jemaah Haji Akan di Tanazul

Gambar Kerumunan Jemaah Haji, Foto: doc pixabay

Picmotivnews, Jakarta - Iskan Qolba Lubis, anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKS, mengingatkan Kemenag untuk tidak membuat kebijakan yang bertentangan dengan ibadah haji. Iskan memperkirakan bahwa banyak orang akan menentang kebijakan Tanazul, yang mengharuskan mereka untuk tidak bermalam di Muzdalifah.

Di rapat dengar pendapat Komisi VIII dengan Kemenag di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024), Iskan menyampaikan hal itu. Iskan meminta Kemenag untuk terlebih dahulu berkonsultasi dengan Majelis Ulama tentang Tanazul.

Tolong, Kementerian Agama, jangan membuat kebijakan yang bertentangan dengan ibadah. Iskan menyatakan bahwa jemaah ini pasti akan ramai, terutama karena gagasan Tanazul. Mereka tidak akan bermalam di Mina, jadi ini tidak akan ada yang mau. Sebaiknya dia berantem.

"Kalau memang Kementerian Agama membuat kebijakan yang berhubungan dengan hukum ini riskan. Harus jelaskan dulu ke Majelis Ulama bagaimana dia meyakinkan orang," sambung dia.

Pada saat yang sama, Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Republik Indonesia, memberikan penjelasan tentang fatwa mengenai Tanazul, juga dikenal sebagai Murur. Dia menyatakan bahwa Tanazul sudah ada di berbagai negara.

Hilman menjelaskan, "Dan ini juga kami diskusikan dengan Ijtima Ulama di Sumatera pada tanggal 27 Mei ini mengenai konsep Murur atau melalui mabitnya dalam bentuk lewat di tengah malam tidak tidur beneran gitu."

Selain itu, Hilman menceritakan jemaah dari semua embarkasi yang terkena dampak Tanazul, seperti Bekasi, Medan, Kertajati, Solo, dan Surabaya.

Dia menyatakan bahwa mungkin ada dampak pada JKS Pak, kemudian JKS di DKI, kemudian mungkin Bekasi, kemudian KJT di Kertajati, di KNO di Medan, PLM Palembang, SOC Solo, dan SUB Surabaya. Mungkin ada beberapa daerah di antara maktab 57 hingga 73.

Tanazul merupakan pemulangan jemaah haji melalui kloter yang berbeda dengan kloter keberangkatan karena alasan sakit dan kriteria laik terbang. Program ini dibuat untuk membantu jemaah haji sakit yang tidak dapat melaksanakan kepulangan sesuai dengan jadwal kloternya dikarenakan kondisi kesehatannya. dikutip dari infopublik.id

Selain itu, saat dikonfirmasi secara terpisah setelah pertemuan, Hilman mengulangi gagasan Tanazul. Dia mengatakan bahwa, saat praktiknya nanti, mereka akan membuat fasilitas untuk safari wukuf karena ada jemaah yang tidak dapat melakukan wukuf di Arafah.

Setelah wukuf, jemaah haji akan melakukan proses mabit di Muzdalifah. Di sana, orang-orang biasanya beristirahat, kata Hilman.

Karena tempatnya terbatas, banyak orang yang mungkin tidak turun dari bis dan masuk ke lapangan, terutama orang tua. Menurutnya, evakuasi akan sulit jika kapasitasnya melebihi kapasitas, seperti yang terjadi tahun lalu.dikutip dari detiknews

"[Jemaah] Sebagian. Tidak semuanya, ya 40 ribu orang lah. Kan jumlah jemaah kita 200 ribu lebih. Nah 40.000-nya hanya lewat ini yang sedang kita rumuskan dan kita juga minta penguat lah dari Majelis Ulama Indonesia," tutur dia.

Dia kemudian menyatakan bahwa untuk mencegah hal-hal seperti itu, dia dan Saudi telah berbicara tentang opsi untuk melewati lapangan. Tidak perlu turun jika turun waktunya banyak dan bahaya jika terlalu padat.

Menurut Hilman, sekitar 40 ribu orang akan melakukan Tanazul, dan hanya sebagian kecil dari jemaah akan melakukannya. tutupnya (red).



Komentar0

Type above and press Enter to search.